Sumbawa Besar, Gaung NTB – Prestasi membanggakan kembali ditorehkan pelajar di SMA Negeri 1 Sumbawa. Kali ini dalam ajang Climate Smart Leader, yang dilaksanakan oleh Yayasan Pembangunan Berkelanjutan, milik Prof Dr Emil Salim, I Made Mayudi Putra, berhasil meraih juara pertama untuk kategori usia 15-18 tahun.
Juara pertama ini diraih I Made Mayudi Putra, yang masih duduk di bangku kelas XI IPA 3, karena proposalnya tentang penelitian pemanfaatan limbah kertas sebagai media tanam (container) dengan tehnik irigasi otomatis, menurut juri sangat luar biasa dan sangat bermanfaat bagi kehidupan.
Ditemui Gaung NTB, Sabtu (26/4), Made, menuturkan sebelum terpilih menjadi juara, Ia pernah mengirimkan proposal kepada panitia sejak bulan Desember 2013 lalu. Proposal yang dikirimnya ternyata masuk finalis dan Ia pun dipanggil untuk pembinaan. Setelah itu finalis diberikan kesempatan untuk mengimplementasikan penelitian untuk kemudian dipanggil kembali guna mempresentasikannya di depan juri.
Presentasi sendiri baru dilaksanakan tanggal 23 April 2014 di Bogor. Ada dua kategori dalam ajang Climate Smart Leader ini yakni pelajar SMA dan Mahasiswa. Untuk tingkat SMA ada sebanyak 12 pelajar yang menjadi finalis, begitu juga dengan jenjang mahasiswa ada 12 finalis dari seluruh Indonesia.
Awal mula penelitiannya aku Made, terinpirasi dari banyaknya sampah kertas yang tak digunakan di lingkungan sekolahnya. Dari situ muncul idenya untuk bagaimana memanfaatkan sampah kertas ini menjadi sesuatu yang berguna.
Ia pun mencoba menyulap limbah kertas ini menjadi Pot sebagai media pembibitan. Hasilnya tak mengecewakan Pot terbuat dari kertas ini ternyata bisa ditanami segala jenis tanaman.
“Sebelumnya saya pernah membuat konsep bagaimana mengganti tanah menjadi bubur kertas, tapi ternyata sudah banyak yang membuatnya dan itu hanya bisa untuk tanaman hias saja,” ujarnya.
Sementara itu kepala sekolah setempat, Fahrizal, SPd, MPd, yang mendampingi Made, mengaku sangat bangga atas prestasi yang diraih siswanya tersebut.
Prestasi yang diraih Made ini menurut Ical—sapaan akrabnya, semakin menunjukkan bahwa fungsi sekolahnya kedepan tidak hanya menyiapkan siswa yang cerdas dibidang akademik semata, tapi mampu juga menciptakan generasi yang peduli terhadap lingkungannya.
Penelitian Made sambung Ical, kian klop dengan penemuan siswa lainnya yang ada di sekolahnya yang pernah melakukan penelitian tentang pemanfaatan limbah organic daun menjadi pupuk. Untuk diketahui ini penelitian ini pernah bersaing di tingkat internasional di Swedia. “Jadi penemuan siswa kami sudah meching. Satunya untuk pupuk dan satunya lagi untuk potnya,” tegasnya.
Agar muncul kreatifitas-kreatifitas baru di sekolahnya tambah Ical, pihaknya sekolah akan memperkenalkan penemuan ini kepada seluruh siswa. Tak hanya itu, sekolah akan memberikan kemudahan izin bagi siswa yang mau berkreatifitas.