Sumbawa Besar, Gaung NTB – Dari sekitar 50 kamar dengan kapasitas sekitar 100 tempat tidur yang tersedia pada Rumah Sakit H Lalu Manambai Abdulkadir (RSMA) Sumbawa saat ini nyaris semuanya terisi penuh oleh pasien rawat inap baik di kelas III, II, I hingga VIP/VVIP. Jika dibandingkan dari tahun sebelumnya, jumlah pasien meningkat tajam, namun sebaliknya stok obat sangat terbatas sehingga pasien/keluarga pasien BPJS harus membeli obat di apotek luar dengan merogoh uangnya sendiri.
Direktur RSMA Sumbawa dr H Syamsul Hidayat didampingi Ana, Apoteker bagian farmasi rumah sakit setempat, dalam keterangan kepada Gaung NTB di ruang kerjanya Senin (09/11) menjelaskan bahwa hingga awal Nopember 2015 ini jumlah pasien rawat inap melonjak tajam jika dibandingkan dengan beberapa bulan sebelumnya. Ini sekaligus menunjukkan mulai meningginya kepercayaan masyarakat atas pelayanan kesehatan di RSMA, apalagi saat ini telah memiliki sejumlah dokter spesialis yang dibutuhkan masyarakat.
Diakui Dokter Dayat, peningatan jumlah pasien belum sebanding dengan jumlah dan jenis stok obat yang tersedia dan hal ini merupakan satu masalah tersendiri bagi RSMA. “Estimasinya, anggaran sekitar Rp 2,2 Miliar tahun 2015 ini khusus bagi pengadaan obat, ternyata habis pakai.Hingga awal Nopember ini telah terlampaui,” katanya.
Solusinya, RSMA terpaksa meminjam obat ke RSU di Mataram yang saat ini sedang dalam proses pengurusannya.
Terpaksa meminjam obat di RSU Mataram, sebab sebelumnya pinjaman di RSUD Sumbawa dan gudang farmasi (Dikes) beberapa bulan sebelumnya hingga saat ini belum dapat dikembalikan karena alokasi anggaran masih menunggu proses dari pihak Propinsi. Akibat lainnya, pasien BPJS juga terpaksa harus sabar menunggu pembayaran. Karena itu atas nama manajemen RSMA Sumbawa dr Dayat meminta pengertian baik semua pihak agar dapat memahami persoalan yang dihadapi RSMA Sumbawa saat ini.