Sumbawa Barat, Gaung NTB
Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), melalui instansi kesehatan yang tersebar di berbagai wilayah tak henti-hentinya mengkampanyekan tentang stigma dan pandangan negatif terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).
Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) KSB, melalui Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P), H M Yusfi SKM, hal itu disampaikan berkenaan dengan saat ini masih pada momentum peringatan Hari AIDS Sedunia yang jatuh setiap tanggal 1 Desember.
Seiring dengan momentum tersebut, H Yusfi, mengungkapkan bahwa angka penderita atau kasus HIV/AIDS di tahun 2017, diketahui mengalami peningkatan.
Adapun jumlah peningkatan tersebut sesuai perbandingan dari tahun 2016 yakni untuk HIV berjumlah 26 kasus, AIDS 24 Kasus. Sedangkan pada tahun 2017 untuk kasus HIV berjumlah 37 kasus, dan AIDS berjumlah 26 kasus.
Dengan demikian dalam tahun 2017 total penderita HIV/AIDS di Kabupaten Sumbawa Barat, mencapai 63 kasus. “Dalam tahun 2017 ini ada 10 kasus atau orang baru pada kasus HIV/AIDS),” beber, H Yusfi, belum lama ini.
Terhadap hasil pengecekan untuk kasus AIDS, penderita pun mengalami penyakit TBC. Terhadap penderita HIV/AIDS yang saat ini masih hidup, pada dasarnya tetap dilakukan layanan pengobatan sesuai standar.
Adapun salah satu penyebab meningkatkan kasus HIV/AIDS di KSB pada tahun 2017, menurut H Yusfi, bisa disebabkan karena prilaku hidup sehari-hari atau dianggap tidak memenuhi standar prilaku hidup sehat.
Karena menyangkut kerahasiaan, H Yusfi, enggan menyebutkan status pekerjaan maupun identitas dari penderita. Akan tetapi sesuai komitmen dari peringatan dari Hari AIDs Sedunia, kali ini, sambung H Yusfi, lebih kepada target “S – TOP” yaitu “S” Suluh atau memberikan Penyuluhan, sedangkan “TOP” T artinya Temukan, O artinya Obati, P artinya Pertahankan.
Terhadap “S – TOP” Ia berharap bisa berjalan maksimal dan maksimal di masing masing wilayah kecamatan melalui Puskesmas dengan target menekan kasus.
Selain itu hal penting yakni memberikan support bagi para penderita HIV/AIDS tersebut, seperti masyarakat pada umumnya tetap melakukan aktifitas atau rutinitas bekerja sebagaimana biasanya. “Ada konselor selalu memberikan pendampingan. Intinya penderita tidak boleh larut, melainkan tetap semangat menjalani rutinitas dan mengikuti pengobatan yang telah dianjurkan oleh petugas kesehatan,” terang H Yusfi.